Wednesday, 24 February 2016

Wartawan Profesi Menarik dan Penuh Tantangan

Wartawan adalah suatu Pekerjaan yang mulia, menarik dan penuh tantangan, Mulia karena segi sosial kontrol dan cek riceknya bila ada keganjilan dalam temuannya. Selanjutnya menarik karena pekerjaan wartawan sekarang ini jauh berlainan dari pada puluhan tahun yang lalu. Kemajuan Sistem ekonomi pasar dan teknologi informasi dan Komunikasi telah mendorong kemajuan media massa, terutama surat kabar dalam suatu dimensi baru. Surat - surat kabar telah menjadi Industri besar dan terbit dalam jumlah halaman yang lebih dari empat halaman. Sedangkan puluhan tahun yang lalu rata-rata setiap surat kabar cetak hanya terbit dengan empat halaman.
                                                  
Kemajuan dalam system ekonomi pasar global hingga dunia maya inilah secara ekonomis penghasilan seorang wartawan atau jurnalis  jauh lebih mapan.

Menurut seorang wartawan senior kawakan Indonesia Dja’far H. Assegaff, ada suatu masalah yang secara prihatin harus dikemukakan, yakni setelah persnya menjadi besar. Pada masa dulu, zaman penjajahan belanda dan sampai pada waktu revolusi fisik, banyak para cendekiawan kita yang masih sedikit yaitu, menerjunkan dirinya menjadi wartawan. Pasalnya dipastikan gajinya tidak besar, dan malah hidupnya biasanya juga tidak teratur. Tapi profesi ini menarik hati para cendekiawan karena ada segi idealismenya.

Assegaf juga menyinggung golongan terdidik sudah agak enggan untuk menerjunkan dirinya kedalam profesi kewartawanan. Para lulusan publisistik hanya lebih kurang 10% yang terjun dibidang jurnalistik. Sedangkan yang lainnya umumnya mengarah menjadi Pegawai Pemerintah atau Humas alias Infokom. Yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan terjadinya hal seperti ini?, Jawabnya adalah kemungkinan “Idealisme” dimasa dulu, mendorong pemuda-pemuda yang terdidik dari para cendekiawan kita untuk terjun ke surat kabar. Menjadi wartawan adalah suatu pekerjaan yang oleh mereka dianggap dapat mengubah bangsanya, menungkatkan wartawan.

“Api Idealisme inilah”  yang sesungguhnya telah menarik banyak intelektual muda kita untuk terjun kebidang jurnalistik. Nama-nama besar yang pernah memimpin Indonesia yakni, seperti Sukarno, Adam Malik, Sumanang, Alisastroadmijojo, dan lainnya adalah dulunya wartawan-wartawan yang menggunakan penanya dengan tajam, membangkitkan kesadaran Nasional dan melawan ketidakadilan dari kaum penjajah. Dimasa revolusi pemuda-pemudi yang terdidik baik, masih menerjunkan dirinya kedunia persuratkabaran, mengikuti profesi yang status sosialnya cukup tinggi.

Sifat Media massa di Negara-negara berkembang sperti Indonesia; sebagai menjadi katalisator perubahan sosial. Pemuda-pemuda dan cendekiawan yang punya wawasan dan idealis kedepan akan dapat mempergunakannya untuk mengubah bangsanya ke arah meningkatkan martabatnya. Kartini sendiri, seorang wanita Indonesia, dipenghujung abad kesembilan belas, menyatakan bahwa, “dengan pers aku akan mengubah bangsaku.”

Profesi wartawan juga dilihat oleh masyarakat dengan sikap yang ambivalent. Masyarakat melihat dan memuja wartawan-wartawan yang selalu menonjol dan kelihatan dalam masyarakat. Akan tetapi sebaliknya mereka juga terkadang merendahkan wartawan tadi, karena beberapa praktek yang tidak terpuji dari wartawan itu sendiri.

Surat kabar adalah senjata, dan senjata ini dapat digunakan untuk tujuan-tujuan baik atau dapat pula atau dapat pula dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang buruk. Satu kali noda telah terpercik, maka noda itu agak sulit untuk dihapuskan. Wajah wartawan sekarang tidak begitu gemilangm sehingga hal ini pun mungkin suatu sebab mengapa profesi ini kurang dapat menarik tenaga-tenaga terdidik yang penuh dedikasi dan idealism seperti di waktu-waktu dulu.

Jika dikonstatir hal-hal yang tidak begitu enak untuk didengar, dimaksudkan agar wartawan berusaha mengembalikan wajah wartawan yang gemilang. Ini berarti wartawan harus melakukan introspeksi diri. Wartawan harus meningkatkan bobot pendidikan yang lebih pada segi etika dan moral. Wartawan adalah suatu profesi yang penuh tanggung jawab dan juga profesi yang cukup besar risiko pekerjaannya. Untuk tipe pekerjaan atau profesi semacam ini diperlukan suatu jenis manusia, yang mempunyai idealisme, serta ketangguhan hati untuk menghadapi risiko dan gejolak masyarakat.

Dja’far H Assegaff mencontohkan, seorang sarjana India Dr. Lakshamana Rao didalam sebuah monografi mengenai penelitian komunikasi yang diterbitkan Unesco, menyebutkan empat kriteria untuk menyebutkan mutu pekerjaan sebagai profesi, yakni:
1.Harus terdapat kebebasan dalam pekerjaan tadi.
2.harus ada panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan itu.
3.Harus ada keahlian/expertice.
4.Harus ada tanggung jawab yang terikat pada kode etika pekerjaan.

Jelas sekali bahwa pekerjaan wartawan adalah merupakan profesi yang mulia dan memintakan tanggung jawab yang besar. Profesi wartawan juga merupakan status sosial yang tinggi, karena di banyak Negara berkembang, ia merupakan pemimpin opini publik dengan tulisan-tulisannya.



0 komentar:

Post a Comment